Ia berharap, dengan disosialisasikan seperti ini melalui sekolah, mungkin nanti ada yang berminat pesan, Niko bisa membuatnya.
“Saya lihat di rumahnya juga banyak membuat kapal. Ada 7. Dan dia mengerjakan sendiri dari ukuran, warna cat, dan bahan-bahannya,” ungkapnya.
Adanya miniatur kapal ini mudah-mudahan bisa sebagai suvenir, di mana Cilacap adalah daerah nelayan dan suvenir seperti ini belum ada.
Untuk itu pihak sekolah mengapresiasi terutama untuk pelajaran prakarya. “Yang ada di pelajaran bentuknya sederhana dan tidak serumit karya Niko. Sehingga kalau ada anak yang bisa membuat prakarya serumit ini, sekolah menghargai sekali dan pengaruhnya menambah nilai menjadi nilai plus untuk Niko sendiri,” tandas Nicholas.
Ditanya proses awal pembuatan miniatur kapal ini, Niko menjelaskan bahwa bahannya dari fiber.
“Saya awalnya pengin buat aja, tapi lama-lama tertarik. Ketika sudah jadi, buat lagi, dan proses pembuatannya memakan waktu 2-3 bulan,” kata Niko.
Bahan fibernya Niko mengaku membeli dari pabrik yang ada di pelabuhan perikanan Cilacap.
“Kebetulan ayah saya seorang nelayan, sehingga saya tertarik dan mencoba bikin kapal,” ucapnya.
Dalam membuat miniatur kapal, ia mengatakan ingin sesuatu yang beda. Dengan harapan dapat menambah nilai bagi mata pelajaran prakarya. (est/Red/BRP)