baritorayapost.com, BARITO TIMUR – Kegiatan Adat Buntang Hajat Keluarga Besar Bunan Nataloto memasuki hari terakhir. Mantir balai menyatakan kegiatan berjalan lancar dan sukses. Kegiatan diakhiri dengan Ritual Gawi Gulungan Langit yang digelar Kadamangan Paju Sapuluh di Desa Jaar RT.13 Kecamatan Dusun Timur Kabupaten Barito Timur, pada Selasa malam (15/07/25).
Acara Adat Buntang Hajat yang telah secara turun temurun menjadi tradisi adat istiadat Suku Dayak Maanyan tersebut dilaksanakan oleh Damang Kepala Adat, Mantir Adat, Pangulu Adat, Mantir Balai, Wadian, Balian, tokoh adat, tokoh masyarakat, kerabat serta warga Desa Jaar dan undangan lainnya.
Disela kegiatan ritual, Mantir Balai Yendisno mengatakan, kegiatan di hari terakhir dan merupakan puncak dari rentetan kegiatan Gawe Gulungan Langit Kungkan Piradu Unru malam hari ini mulai awal pelaksanaan kegiatannya adalah Ngele Raden. Setelah Ngele Raden kemudian Ngantara Gandrang Kasinian Hiang, setelah Ngantara Gandrang Kasinian Hiang lalu kemudian Nadap Tabab Pijayaan.
Didalam Tabab Pijayaan itu ada berbagai aneka macam sayur-sayuran dari ladang yang punya masyarakat, kemudian para Mantir dan termasuk para pengunjung tokoh-tokoh itu menyebutkan dalam bahasa adatnya sayur-mayur yang didapat dari ladang dalam bahasa adat atau dalam bahasa Mantir atau dalam bahasa Pangunraun.
Setelah itu selesai, Yendisno memaparkan acara Entang Sunang terdiri atas dua personil itu, yakni Entang dan Nyunang. Artinya Entang adalah dari pihak dari keluarga penyelenggara mengumumkan dan menyatakan biaya dana finansial dan sebagainya itu kurang mencukupi maka oleh sebab itulah lalu kemudian dari pihak keluarga yang lain termasuk pengunjung pengunjung yang terhormat datang ke sini dalam rangka ikut membantu.
“Selesai Ngentang Lalu ada lagi Kemudian dinamakan dengan Nyunang, yang artinya satu orang lagi dari pihak Mantir menyatakan yang sebenarnya bahwa menyangkut pembiayaan kegiatan ritual ini itu tidak benar, misalnya semuanya ditanggung dari pihak keluarga terdekat atau dari para pengunjung meskipun ada, tetapi semua itu hanya untuk sama-sama ikut menyukseskan, arti dalam bahasa Nyunang,” ungkap Yendisno.

Setelah itu dilanjutkan dengan yang namanya NgukanTuak Nanyu, artinya berupa minuman tradisional Dayak yang berada didalam Belanai, dipandu oleh seorang Mantir atau orang tertentu yang punya pengalaman untuk itu membuka Tuak Nanyu Anringnganyan dan dilanjutkan dengan ritual Natas Kalangan Nuah Tangai Rampan yang juga dilakukan oleh satu orang dan ada pemandu pemandunya yang membantu dalam kegiatan namanya Natas Kalangan atau Nuah Sinurangkangmana.
Dilanjutkan dengan ritual Ninak Gajah yang artinya dari pihak keluarga terdekat penyelenggara dan termasuk pihak penyelenggara itu akan melaksanakan kegiatan bolak-balik di atas beras yang ditumpuk diatas tikar untuk melaksanakan kegiatan yang namanya Ninak Gajah, dan dilanjutkan dengan acara yang namanya ritual Ngilang Gantar yang pertanda bahwa upacara ritual itu selesai.
Sambung Yendisno, dilanjutkan dengan Nguka Hurukan Nanyu yang pertanda bahwa segenap kegiatan ini dari hari pertama sampai malam ini semuanya sudah selesai, jadi pada saat pelaksanaan ini memang Nanyu itu dalam bahasa Maanyan di huruk atau diikat dalam bahasa Indonesianya, supaya dibuka oleh orang tertentu bahwa seluruh kegiatan ini telah selesai.
Selesai kegiatan Gawi Gulungan Langit, kemudian masuk pada ritual Wadian Bawo yakni yang namanya Nyangkuda Gawi dalam artian Wadian Bawo dengan mantera akan memulihkan baik panitia maupun personil yang terlibat dalam kegiatan itu akan dipulihkan dengan cara menggunakan bahasa-bahasa Balian, jadi itu rentetan seluruh kegiatan, lanjutnya.
Yendisno menambahkan, selama proses dari awal sampai selesai ini memang para peserta atau pengunjung upacara Gawi Gulungan Langit ini tidak boleh atau dilarang ada selisih paham sampai berkelahi mulut atau adu fisik maupun dalam hal perzinahahan dan lain sebagainya. Puji Tuhan acara ini berjalan secara mulus aman lancar terkendali dan sukses.
Dia juga mengingatkan bahwa di zaman kemajuan sering kali kita kurang menyadari bahwa yang menjadi akar, yang menjadi adat budaya kita orang Dayak ini sering kali atau terancam oleh perkembangan zaman, lalu harapan kita dengan adanya pelaksanaan seperti ini adalah salah satu upaya untuk tetap melestarikan menegakkan dan mengembangkan adat dan budaya sehingga Bagaimana generasi muda kita ini meskipun sudah berpendidikan atau punya jabatan tetap mempunyai kepedulian dan concern terhadap adat dan budaya, pinta Yendisno.
Ditemui terpisah, pelaksana kegiatan Buntang Hajat Bunan Nataloto mengucapkan terimakasih kepada pengurus Kadamangan Paju Sapuluh yakni Damang Kepala Adat, Mantir Adat, Pangulu Adat, Mantir Balai, Wadian dan Balian yang telah membantu jalannya proses ritual adat ini dari awal sampai terakhir kegiatan ini.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mana telah ikut berpartisipasi dan membantu kegiatan acara adat ini, baik dari keluarga besar, kerabat dan masyarakat Desa Jaar, sehingga acara kegiatan ritual adat Buntang Hajat ini berjalan dengan aman,tertib, lancar dan sukses,” pungkasnya. (BRP)