BARITORAYAPOST.COM (Cilacap) – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Al Ghazali Cabang Cilacap, Jawa Tengah, menggelar aksi damai mengusung Refleksi Soempah Pemoeda dan Deklarasi Korp Perkawis Enggal, Kamis (14/10/2021).
Selain menggelar aksi, mereka juga melakukan orasi di Bundaran Alun-alun Cilacap.
Puluhan mahasiswa tersebut merupakan anggota baru PMII yang bernaung dalam korp yang baru terbentuk. Mereka adalah sebuah struktur kecil dalam organisasi PMII yang berisi anggota pasca Mapaba (Masa Penerimaan Anggota Baru).
Deklarasi ini sebagai
ajang mengasah mental dan memperkuat solidaritas.
Korp yang diberi nama Perkawis Enggal yang berarti “perkara baru” itu memiliki makna filosofis bahwa
mereka akan menjadi generasi yang siap menghadapi segala bentuk permasalahan dalam kehidupan
berbangsa, dan siap menghadapi tantangan di era destruktif.
“Harapan kami dengan adanya generasi baru PMII ini mampu meneruskan estafet
perjuangan pemuda, khususnya melalui wadah organisasi bernama PMII,” kata Ketua PMII Pengurus Cabang Cilacap, Fikron Faqihudin.
Dalam orasinya, para mahasiswa merefleksi bahwa bulan Oktober adalah bulan pemuda dimana 93 tahun lalu para pemuda
mendeklarasikan sebuah sumpah bernama Soempah Pemoeda, yang menjadi catatan
sejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia.
Karena para pemuda ketika itu mempertaruhkan jiwa dan
raga untuk bangsa Indonesia maka pemuda bersatu padu memperkuat diri menuju kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
Kondisi tertindas waktu itu mendorong para pemuda membulatkan tekad untuk berjuang demi mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Dan di masa peperangan melawan penjajah, para pemuda mendeklarasikan diri dalam sesanti Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa, yaitu Indonesia.
Sayangnya, kata mereka, peristiwa 93 tahun lalu sangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang, dimana ada aksi tawuran pelajar, narkoba, seks bebas, dan berfoya-foya sudah menjadi ikon kebanggaan segelintir pemuda.
Mereka juga mengkritik, dekadensi moral pemuda yang terjadi sekarang ini tak lepas dari kegagalan pemerintah dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.
“Pemerintah seakan melepas tanggung jawabnya kepada
pihak lain untuk mengurus pendidikan,” tandasnya.
Sehingga pendidikan sekarang beralih fungsi dari institusi yang menanamkan nilai-nilai moral menjadi lahan basah mencari keuntungan melalui privatisasi dan komersialisasi pendidikan.
Menurutnya, banyak tugas dan pekerjaan rumah di depan mata yang harus dilaksanakan dan diselesaikan secara arif dan bijaksana.
“Para pemuda sebagai garda terdepan penerus bangsa
harus memegang teguh amanat Pancasila dan UUD 1945, karena di depan akan muncul tantangan baru sebagai akibat pesatnya kemajuan ilmu pengetahun, teknologi informasi, dan komunikasi, serta perkembangan dinamika masyarakat yang makin kompleks,” ungkap mereka.
Untuk itu, PMII Cilacap mengajak seluruh elemen pemuda di Kabupaten Cilacap untuk kembali merefleksikan Soempah Pemoeda dan menghargai jasa para pahlawan perjuangan kemerdekaan, mengajak seluruh elemen pemuda di Kabupaten Cilacap untuk lebih mengedepankan persatuan sesuai dengan nilai-nilai Soempah Pemoeda, dan pihaknya mendorong Pemkab Cilacap untuk lebih memperhatikan pemuda melalui program-program yang membawa spirit dan nilai-nilai moral yang terkandung
dalam Soempah Pemoeda.
Sementara, Koordinator Lapangan Aksi Muhammad Zecky Arrohman Zaen mengatakan, aksi ini dalam rangka merefleksikan kembali untuk mengenang para pahlawan dan mengenang peran pemuda zaman dulu.
Juga menekankan bagaimana pemuda zaman sekarang harus bisa mencontoh pemuda zaman dulu mengenai keberaniannya, intelektualnya. Bahkan dalam segala perbuatannya. Dimana mereka berani memperjuangkan nilai-nilai bangsa, memperjuangkan kemerdekaan bangsa, tanpa takut ditindas, dan tanpa takut mati.
Zecky berpesan, pemuda kali ini harus berani dan tidak mau ditindas dalam segala bentuk penyampaian aspirasinya. Karena para pemuda dan mahasiswa adalah alat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat yang kadang jarang didengar oleh pemerintah dan kaum elite politik.
“Keresahan masyarakat harus didengar, dan harus menjadi bahan pertimbangan untuk dipertimbangkan dan ditindaklanjuti segera. Tidak hanya menjadi wacana di kursi-kursi pemerintahan,” tandasnya.
Selain itu, pemuda juga harus berani, harus menekankan, dan harus membuktikan pergerakan nyatanya, tidak hanya sekadar konsep.
PMII sebagai organisasi kader atau penyalur anggota dimana intelektual dan konsepnya yang menjadi nilai tawar disalurkan ke berbagai sektor pemerintahan, sektor-sektor yang sangat penting dari kader-kader PMII dimana memang selalu menekankan wacana.
Karena sebagai kota industri, pemuda Cilacap harus menduduki jabatan yang tinggi, bukan sebagai buruh. Dan pemuda Cilacap harus sadar dan menangkap peluang yang ada.
Terkait insiden pembantingan mahasiswa oleh aparat dalam demonstrasi di Tangerang, ia berpesan kepada aparat keamanan, karena aparat dibayar oleh negara, tugasnya untuk menjaga rakyat terutama.
Maka segala bentuk kekerasan, menurutnya sangat dilarang. Dan itu melanggar hukum. Semua aparat tidak mungkin seperti itu, mungkin ada oknum penyusup dan lain-lain karena penyusup tak hanya ada di para demonstran tetapi aparat juga ada oknum yang mencoreng nama baik aparat.
“Jangan terlalu arogan dan bermain fisik kepada para demonstran, karena mereka tujuan utamanya menyalurkan aspirasi,” ungkapnya.
Usai melakukan aksi, para mahasiswa beristirahat di tengah Alun-alun, duduk membentuk lingkaran. Dan berdiam cukup di bawah terik matahari.
Sementara aparat keamanan masih berjaga-jaga di sekitar Alun-alun Cilacap. (est/Red/BRP).