BARITORAYAPOST.COM (Puruk Cahu) – Dampak dari banyaknya sampah yang menumpuk di dalam lingkungan bendungan milik PDAM Kota Puruk Cahu membuat debit penampungan airnya berkurang.
Sementara pelanggan merasa rugi karena jarang mendapatkan saluran air ledeng.
DPRD Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah menyoroti Bendungan/ Dam milik PT PDAM yang banyak sampah.
“Komisi II DPRD Kabupaten Murung Raya yang membidangi pengawasan terhadap PT PDAM menyoroti air PDAM yang tidak mengalir. Bahkan di saat tertentu airnya berwarna hitam.
Herius Midel Yoseph, mewakili sejumlah rekanannya yang berada di Komisi II DPRD Mura, mengaku mendapat laporan dari masyarakat soal debit air ledeng yang kecil.
Para pelanggan merasa keberatan untuk membayar beban setiap bulannya.
Pasalnya pelanggan dipungut beban oleh PDAM Kota Puruk Cahu. Sementara ledeng mereka jarang mendapatkan air,” kata Herius saat diwawancarai awak media di ruang kerjanya pada komisi II DPRD Mura.
Terkait dengan kebersihan lingkungan pada bendungan Dam PDAM tersebut, juga menjadi perhatiannya.
“Kami berencana meninjau bendungan yang terletak di hulu Sungai Suku,tepatnya di Mantibab,” katanya.
Di dalam bendungan tersebut banyak sampah rerumputan dan dedaunan.Yang lebih parah lagi di dalam bendungan Dam tersebut ada satu buah lanting tempat penambatan perahu. Hal itu menunjukan kalau di dalamnya ada aktivitas masyarakat, yang sebenarnya tidak boleh ada aktivitas masyarakat atau pun limbah.
Karena yang namanya air PDAM itu untuk disalurkan kepada pelanggan sebagai kebutuhan pokok,” papar Herius.
bilamana bendungan tersebut di pelihara,dan bagi sampah itu akan dibuang pasti saja debit air bendungan Dam itu mampu untuk menyalurkan ke semua pelanggan yang ada dikota puruk cahu ini,dan “Semua permasalaahan PDAM ini akan kami tanggapi dengan serius,” tegas Herius
Para pelanggan, meski membayar biaya beban tinggi, kenyataannya harus membeli air dari pedagang. Per tandun harganya mencapai Rp150 ribu. Sebulan mereka bisa menghabiskan Rp600 ribu untuk beli air.
Sugianoor, adalah pelanggan air ledeng di kota puruk cahu mengeluh. ”Jujur saya dalam kurun tahun 2019-an yang lalu, saya membayar air ledeng. Pertama naik, terus yang kedua pembayaran juga meningkat naik. Sampai yang ketigakalinya melonjak naik mencapai Rp350 ribu,” katanya.
Yang jadi masalah, “Airnya jarang tersalur ke rumah saya. Tapi kok pembayaran kenapa lebih tinggi?” katanya.
Wartawan Baritorayapost.com yang melakukan peninjauan ke bendungan Dam PDAM yang terletak di Hulu Sungai Soko, tepatnya di Mantibab beberapa hari yang lalu menyaksikan bendungan tersebut penuh dengan sampah. (fery/red/BRP)