Memiliki Truk DT Leasing PT SEM, Untung Apa Buntung? Begini Hitungannya!

BARITORAYAPOST.COM (Tamiang Layang) – Para pemilik truk DT yang bekerja untuk PT Senamas Energindo Mineral (PT SEM) tak bisa menyembunyikan gundah gulananya. Cerita bahwa mereka merugi ditambah memiliki hutang yang menggunung di perusahaan tempat mereka bekerja, bukan rahasia lagi. Sudah menjadi pengetahuan umum di Tamiang Layang dan sekitarnya. Terutama di bengkel-bengkel, di warung kopi atau di rumah warga. Karena keluh kesah tentang besarnya hutang ke PT SEM, bisa menyebar lewat medsos atau gunjingan para isteri, mertua, sepupu, kemenakan atau lainnya.
Mereka sudah kehilangan lahan yang diserahkan ke PT SEM sebagai uang muka leasing truk tersebut. Alangkah malangnya mereka jika dalam operasionalanya, pemilik truk tersebut merugi, dan bahkan menimbun utang di perusahaan tempat mereka bekerja hingga ratusan juta.


Benarkah demikian? Baritorayapost.com menemukan simulasi hitung-hitungan yang dilakukan beberapa tahun silam. Tetapi untuk berkaca terhadap fakta saat ini, tampaknya masih relevan. Bisa jadi besaran angkanya berbeda, tetapi substansi merugi dan hutang ke perusahaan, tetap sama.


Sebagaimana diketahui, truk DT leasing PT SEM ini, hanya diperbolehkan atau diperuntukkan mengangkut batu bara milik PT SEM dan groupnya. Tidak boleh dipakai untuk mengangkut batu bara perusahaan lain.


Akibat dari kebijakan ini, rata-rata ritase dari setiap truk DT tersebut sangat rendah. Karena hanya bisa mengangkut dengan ritase rata-rata 36 ritase sebulan. Atau, rata-rata kalau kita anggap sebulan 25 hari kerja, maka ritase perhari hanya berkisar 1,44 ritase  sampai 2 ritase saja.


Kebijakan truk hanya boleh mengangkut batu bara PT SEM ini ternyata penuh resiko. Resiko paling berat dan paling nyata adalah: produktivitas rendah. Mari kita hitung, berapa nilai bisnis yang bisa dihasilkan setiap truk dalam sehari/sebulan. Dengan berdasarkan data produksi PT SEM/REM tahun 2014/2015 dan data operasional truk DT pada bulan September 2014/2015, akan diperoleh gambaran yang menyedihkan.

Dengan jarak angkut sekitar 40 kilometer, dengan ongkos angkut Rp 1300/Ton/Km, dan rata rata muatan 26 Ton/ Ritase, maka pendapatan kotor setiap truk DT sehari hanya = Rp 1300/Ton/Km x 26 Ton x 40 km x 1,44 = Rp 1.946.880,- bruto/kotor. Belum dipotong biaya sopir, sparepart , BBM dan angsuran mobilnya.
BBM dan sparepart harus mengambil dari SEM/REM. Dimana harga BBM mencapai Rp 12.500/liter dan biaya sparepart mencapai sekitar Rp 12.000/Ton.


Dari lapangan, dapat dikumpulkan data pokok sebagai berikut.

Bacaan Lainnya
  1. Jumlah hari kerja perbulan =  25 Hari
  2. Ritase perhari rata rata = 1,44
  3. Jumlah Muatan rata rata = 26 Ton
  4. Ongkos angkut batubara = Rp 1.300/Ton/Km
  5. BBM/Solar = Rp 12.500/Liter
  6. Jarak Tempuh = +/- 40 Km
  7. Biaya sparepart = Rp 12.000/Ton
  8. Biaya Sopir = Rp 125.000/Ritase

A. Pendapatan truk  DT/Bulan = 25 hari x 1,44 Rit/Hari x 26 Ton x 40 km x Rp 1.300/Ton/Km = Rp 48.672.000,-
B. Biaya Operasional

  1. BBM = 2,5 Km / Liter = 2×40 km x 1,44 rit x Rp 12.500 /2,5 Km x 25 hari = Rp 14.400.000,-
  2. Spare Part = 1,44 x 26 Ton x Rp 12.000/Ton x 25 Hari = Rp 11.232.000,-
  3. Sopir = Rp 125.000 x 25 Hari = Rp 3.125.000,-

Total Biaya Operasional = Rp 14.400.000 + 11.232.000 + 3.125.000 = Rp 28.757.000,-
C. Angsuran Kredit rata rata = Rp 17.000.000,-/Bulan.


Saat ini malah angsuran per bulan mencapai Rp30.000.000 / bulan. Dengan demikian pendapatan pemilik Truk DT = Rp48.672.000 – Rp28.757.000 – Rp17.000.000 = +/- Rp 2.915.000,- Jika angsuran per bulan Rp30.000.000, maka dapat dipastikan hasilnya tekor alias nombok/merugi.


Baca Juga:


Pemilik Truk DT Leasing PT SEM, Curhat Soal Ancaman dan Kegelisahan


Pendapatan kotor dari pemilik truk perbulan sangat kecil dan sangat berisiko. Sehingga disinyalir bahwa pemilik truk DT masih banyak berhutang kepada SEM/REM. Akibatnya mungkin secara leasing/kredit truk DT-nya lunas tapi kebanyakan masih berhutang kepada PT SEM/REM. Sedangkan  unit DT tersebut mengalami depresiasi, maka apabila DT tersebut dijual pada saat lunas, masih belum bisa melunasi hutannya pada PT SEM/REM.


Kenapa hal itu bisa terjadi?

  1. Harga BBM yang terlalu tinggi dimana pemilik DT harus membeli dari SEM/REM dengan cara dihutangi, kemudian dipotongkana dari hasil  kerjanya.
  2. Harga Sparepart yang tinggi dan pemesanan yang kadang terlalu lama. Akibatnya truk nganggur.
  3. Pemilik DT hanya boleh mengangkut batubara milik SEM/REM. Sehingga ritase yang diperoleh rendah. Ditambah lagi apabila produksi SEM/REM menurun, maka angkutan juga menurun. Sedangkan mereka tidak boleh mengangkut batubara perusahaan atau penambang lain. Apabila mereka mengangkut batubara dari penambang lain, maka Unit DT mereka akan ditarik oleh PT SEM/REM. (Yes/Red/BRP)

Pos terkait