Wanita Ini rela merogoh isi kantongnya agar “Tanuhui” Dayak Maanyan tetap lestari

Susanti Wadarminta. 



BARITORAYAPOST.COM.(Tamiang Layang)Tanuhui  dalam bahasa maanyan atau dalam bahasa indonesia nya disebut dongeng merupakan bentuk sastra lama atau cerita legenda yang disampaikan secara turun temurun dari nenek moyang kita yang bercerita tentang suatu kejadian dan lebih pada khayalan/fiksi atau imajinatif, pun demikian ada pesan moral,mendidik dan juga menghibur yang terkandung dalam cerita yang disampaikan.


Namun beriringnya kemajuan jaman dan juga perkembangan teknologi. Tradisi “tanuhui” atau mendongeng berbagai kisah legenda yang disajikan dengan cara menuturkan disertai mimik muka atau gesture,kini berangsur mulai pudar.


Anak-Anak lebih memilih bermain game ataupun menonton serial animasi yang cenderung mengesampingkan pesan moral dalam ceritanya dan lebih berorientasi pada bisnis dan rating pemirsa.


Beda kepala beda juga pola pikirnya istilah tersebut ada benarnya


Seperti apa yang dilakukan Susanti Wadarminta, salah satu tenaga pendidik di SMA PGRI, Kabupaten Pulang Pisau yang mengajar mata pelajaran biologi.




Perempuan kelahiran Balawa 18 Juli 1981 silam dan dibesarkan di Desa Jaweten, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur ini justru ingin menyelamatkan sastra asli dayak Maanyan tersebut dengan cara membukukan tanuhui yang ada. Disaat tradisi tanuhui sudah mulai dilupakan dan hampir punah tergerus jaman.


Susanti menuturkan,pada awalnya dia sering menulis cerita legenda dayak Maanyan pada salah satu group faceebook. Dan berawal dari itu serta kepeduliannya pada tanuhui yang hampir punah,maka dia memberanikan diri merogoh isi kantongnya untuk mencetak cerita tersebut secara mandiri dan rencananya buku tersebut akan diterbitkan oleh CV. Uwais Inspirasi Indonesia dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, pada akhir bulan juli ini, “kata Putri kedua dari enam bersaudara ini, Senin (29/6/2020).


Diutarakan ada tiga seri yang akan diterbitkan dan setiap seri diisi dengan sepuluh tanuhui sementara untuk awal akan dicetak 100 eksemplar.


“Tiap seri memuat sepuluh cerita dan rencananya akan dicetak 100 eksemplar awal sambil melihat animo masyarakat,”tutur Susanti.


Menurutnya,bila respon dari masyarakat baik.untuk kedepannya serinya akan ditambah lagi dan direncanakan bukunya nanti tidak hanya berbahasa maanyan tapi juga dibuat versi bahasa Indonesia nya.


Susanti berharap budaya tanuhui yang hampir hilang bisa dilestarikan dengan cara membukukannya.


“Generasi kedepannya mungkin tidak tahu lagi cerita legenda Nilur, Nini Punyut itu seperti apa,untuk itulah saya berkeinginan agar cerita turun temurun dayak Ma’anyan tersebut dibukukan agar tetap lestari,” tandasnya.


Baca Juga:


Cerita Dayak Kalteng


Susanti menilai apa yang sudah dibuatnya jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran,masukan dan juga kritik membangun dalam penyajian cerita yang dibuatnya sangat diperlukan.


“Apa yang dibuat jauh dari kata sempurna oleh karena itu saran dan kritikan dari pembaca sangat saya butuhkan,” pungkasnya. (Adi/Red/BRP).

Pos terkait