Wanita Pejuang Kemanusiaan, Di Masa Pandemi

Baritorayapost.com, BUNTOK – Kerja keras para tenaga medis sangatlah besar jasanya. Tak peduli harus mempertaruhkan nyawa, demi menyelamatkan banyak pasien. Nur Halida, salah seorang tanaga medis yang bertugas di RSUD Buntok, kabupaten Barito Selatan (Barsel). Ida, biasa ia dipanggil apa yang telah dilakukannya patut memperoleh apresiasi yang tinggi.

Wabah Corona atau Covid-19 datang meluas hingga ke pelosok sungguh mengundang kecemasan. Banyak orang takut terhadap penularannya. Situasi yang tak menentu, terus menghantui. Tenaga medis seperti Ida, menjadi sosok garda terdepan. Terus berjuang melawan pandemi, meski harus melewati berbagai rumitnya keadaan.

Bacaan Lainnya

Meskipun kehilangan waktu bersama keluarga, bagi Ida ikhlas lah ia terima. Rela menahan panas, dibalik lapisan baju hazmat sebagai alat pelindung diri. “Apapun akan kami lakukan untuk menyelamatkan nyawa pasien, dan itu merupakan tanggung jawab serta dedikasi kami bagi kemanusian,” tekad Ida.

Sungguh kerja keras yang tak mudah. Ida dan rekan terus berjuang dalam konsekuensi yang berat, terus dilakukan setiap harinya. Mereka menjadi sosok tumpuan untuk banyak orang. Tak pernah mengharap pamrih atas segala kerja kerasnya.

Meski nyawa diri sendiri pun seolah ia kesampingkan. Ida memikul beban sangat berat dari tugas yang sudah menjadi pilihan. Risiko yang sangat besar, tetap diperjuangkan melawan ancaman virus setiap harinya. Memegang tanggung jawab yang besar, untuk terus berjuang demi menyelamatkan nyawa pasien.

Merasakan getirnya perjuangan yang diterima. Kesulitan makan dan minum karena alat pelindung diri. Nurani sepertinya seakan tak sanggup, namun bagi Ida tanggung jawab profesi adalah utama. Hari demi hari, waktu terus berjalan, setiap hari pula pasien baru berdatangan.

Menutupi setiap rasa khawatir dengan alat pelindung diri. Menyembunyikan wajah lelah dibalik masker dan face shield. Namun, bagi Ida dan rekan-rekan menolong pasien adalah tugas utama. Bahkan rela tak pulang ke rumah, demi menekan penyebaran virus.

Sikap telaten dalam mengurus pasien. Kerja sama tim demi menjaga keselamatan banyak jiwa. Pandemi yang kian menyebar kala itu, tak menyurutkan Ida dan rekan-rekan membaktikan tenaganya. Perjuangan mereka sungguh menguras keringat bahkan air mata.

Terkadang, stigma buruk dialamatkan bagi para tenaga medis, karena kecemasan publik yang berlebihan, akan risiko penularan yang kian masif. Hingga tenaga medis lebih memilih untuk mengabdi di instalasi medis. Pemikiran positif untuk menjaga satu sama lain juga hal penting, dimana mereka harus saling menguatkan.

Dukungan moril sangat lah membantu bagi Ida dan rekan-rekan. Solidaritas saling menolong niscaya dapat meringankan beban para tenaga kesehatan. Masyarakat yang belum terpapar pun, tentu diharapkan selalu menjaga diri dengan mamatuhi protokol kesehatan sesuai ketentuan pemerintah.

Imbauan pemerintah untuk tetap di rumah saja, merupakan langkah tepat dan akurat mengurangi positif angka terjangkit Covid-19. Hal tersebut juga dapat membantu tugas tenaga medis untuk mengurangi jumlah pasien yang berpapar. Tetap tenang dan menjaga imunitas tubuh, solusi yang harus kita lakukan.

Para pajuang pandemi terus lah berjuang. Doa dan harapan kami akan terus mengalir. Apresiasi dari pemerintah dan masyarakat menunjukan wujud empati dengan menggalang berbagai keperluan. Rasa kemanusiaan yang tinggi menjadi acuan semua untuk saling membantu, sampai Covid-19 ini dapat dikalahkan. (BRP)

Pos terkait