Wahyudinnoor juga mengingatkan bahwa yang menjadi persoalan adalah dampaknya terhadap penghasilan masyarakat, dalam hal ini para pedagang, penarik becak, penarik gerobak, pemikul barang, juru parkir dan lainnya.
“Kalau dipaksakan kuatirnya pedagannya tidak akan banyak, otomatis berdampak dan berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Jangan sampai Pemda juga nantinya dianggap mengabaikan kearifan lokal, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, untuk merubah hari pasar itu ada hal-hal yang harus dibicarakan dengan tokoh-tokoh adat,” jelasnya.
Dalam hal ini pemerintah memang harus membicarakannya secara arif dan bijaksana dengan pelaku utamanya adalah para pedagang lokal dan para pedagang mingguan. Jangan terkesan adanya arogansi memaksakan keinginan, begitu juga pedagang seolah memaksakan keinginan, namun kedua belah pihak harus bijaksana.
Adapun kalau persoalannya kemacetan, kita menganalisa jangan ibarat orang sakit perut yang disuntik kepala. Jadi memang kita benar-benar mengobati yang memang sakit perut tersebut,” pungkasnya. (As/BRP/Red).