Masih Lestari, Budaya Suku Dayak Di Bartim Tetap Berjalan Sampai Saat Ini

BARITORAYAPOST.COM (Tamiang Layang) – Budaya Adat Dayak yang biasa dilaksanakan dalam keariban dengan tujuan mempersembahkan hasil dari keinginan secara adat masih tetap dilestarikan. Tampak terlihat acara bayar hajat (Nazar) yang dilaksanakan di Desa Murutuwu kecamatan Paju Epat kabupaten Barito Timur (Bartim) provinsi Kalimantan Tengah, di kediaman salah satu warga atas nama saudara Ungau, Senin (09/09/2020).

Kegiatan tersebut tetap dilakukan sebagai salah satu pelestarian adat budaya yang terus di laksanakan dalam mengikuti aturan dan tata cara kepercayaan leluhur nenek moyang guna menjaga keariban suku lokal Dayak Ma’anyan.

Bacaan Lainnya

Adapun kegiatan tetap berjalan sesuai aturan yang sudah diterapkan oleh panitia dan pihak keamanan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, walaupun dalam status new normal, pihak panitia tetap menerapkan himbauan di masa pandemi Covid- 19.

Panitia memberikan himbauan secara tertulis di depan area pintu masuk “Agar Mematuhi Protokol Kesehatan” sebagai berikut:

  1. Cuci tangan pada tempat yang telah disediakan oleh panitia.
  2. Pakai masker.
  3. Jangan mengkonsumsi minuman keras, obat-obat yang dilarang.
  4. Dilarang membawa senjata tajam yang melanggar poin 3, 4 sehingga membuat kegaduhan/keributan akan dikenakan sangsi adat dan selanjutnya diserahkan pihak yang berwajib.

Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) kecamatan Paju Epat, Korbel S Aban mengatakan bahwa kegiatan yang berlangsung dengan menyediakan sesajen dan doa yang disampaikan sebagai bentuk syukur terhadap sang pencipta dengan sebuah ritual yang biasa dilakukan para leluhur sebelumnya dalam tatanan adat Hindu Kaharingan suku Dayak Ma’anyan.


“Adat dan budaya sebenarnya lebih tua dari hukum tertulis, sebelum manusia dapat membaca dan menulis adat budaya ini lebih tersirat, karna itu hindu kaharingan atau orang Dayak harus mematuhi adat dan budaya,” ucap Korbel S Aban.





Dirinya juga menyebutkan bahwa hajat yang dilakukan terlaksana setiap tahun di wilayah tersebut, yang menjadi tradisi keberhasilan dari hasil panen maupun kesuksesan yang lebih meningkat dalam kehidupan, kemudian dilaksanakan hajat secara adat sebagai ucapan syukur.


Sementara, Ungau yang didampingi ketua DAD kecamatan Paju Epat mengatakan bahwa kegiatan seharusnya berlangsung sampai 7 hari, namun sesuai koordinasi dengan para tokoh adat dan masyarakat disepakati hanya 5 hari, mengingat situasi pandemi Covid- 19.





Dirinya juga mengharapkan dengan pelasanaan adat tersebut kehidupan dan masa depan pada dirinya juga keluarga serta masyarakat setempat dapat sukses dan sejahtera.


“Harapan kita setelah panen yang baik ini, kami sampaikan dengan ucapan syukur kepada leluhur dan kegiatan berjalan dengan baik serta apa yang kita harapkan dapat terwujud,” pungkasnya. (YCP/Red).

Pos terkait