Puan mengaku amat terperanjat ketika ia mendengar nominal honorarium bagi para relawan di semua Sanggar Inklusi yang hanya Rp 200 ribu perbulan.
“Meski ketergerakan hati menjadi alasan para relawan membantu, tapi mereka, menurut saya, layak mendapat apresiasi yang lebih baik lagi,” kata Puan.
Ia mengatakan amat memahami bila Pemkab memang memiliki keterbatasan anggaran hingga belum dapat memberikan apresiasi yang lebih layak.
Untuk itu, Puan menegaskan, DPRD harus bisa memperjuangkan dan membantu mencarikan jalan keluar. “Itu sebabnya saya ajak teman-teman dari DPR dalam kunjungan ke sini, agar bisa langsung dipikirkan, apa yang bisa kita lakukan untuk memberi apresiasi yang lebih layak bagi para relawan ini,” ungkap Puan yang langsung memberi garis bawah dan cetak tebal dalam sambutannya terkait honorarium para relawan tersebut.
Gerak hati memang melandasi gagasan dan berkembang baiknya Sanggar Inklusi di Sukoharjo. “Kami ingin membantu anak-anak berkebutuhan khusus memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Senang rasanya kalau mereka mengalami perubahan yang lebih baik setelah bergabung dalam Sanggar Inklusi,” ungkap Endang, Kepala Sanggar Inklusi Tunas Wijaya. (est/Red/BRP)