“Tapi DPC dianggap mandul apabila tidak ada DPR-nya. Di sinilah kita membutuhkan simbiosis mutualisme, saling menghargai, saling memberi. Jadi jangan saya loh DPC, tetapi bagaimana membesarkan partai,” ungkapnya.
Edi menganggap Muscab PPP kemarin telah dicederai oleh oknum yang berambisi ingin menancapkan kukunya menjadi pengurus.
Padahal sepengetahuan kita, PAC-PAC boleh ditanya, kumpulkan semua warga PPP bahwa kepengurusan yang sekarang itu tidak becus.
Makanya kita ingin ada perubahan. Tetapi mereka yang lama tidak mau, seolah-olah ingin terus mempertahankan.
Kita tahu, tambah Edi, sebuah partai yang digerogoti oknum, dia tidak akan bercita-cita ingin menghidupi partai, namun bagaimana dia hidup dari partai. “Itu yang akan merusak PPP sebagai partai besar. Jadi, saya hanya menyarankan, pemimpin-pemimpin yang di atas bisa membuka mata lebar-lebar dan mendengarkan apa yang menjadi keluhan di bawah, serta bagaimana membesarkan aset partai yang ada di bawah, yaitu akar rumput,” katanya.
Ia menandaskan percuma jadi pengurus besar, tetapi cari suara tidak bisa, cari calon juga tidak bisa. Lalu mereka kerjaannya apa, mborosi uang negara.
Sebagai kader kita siap dan tidak perlu ribut sebetulnya, dan sebenarnya kita sudah membuka mata hati pengurus yang di atas.
“Mudah-mudahan ini didengar oleh sana, sehingga mengetahui. Masa iya yang dapat suara terbanyak dikalahkan oleh suara 2, 4, 5. Rasa keadilannya di mana,” tegas Edi.